SARJANA, MANUSIA TERBAIK
Semoga bermanfaat, budayakan silaturahmi dengan meninggalkan komentar anda
source gambar : http://sandioctas11u.student.ipb.ac.id/files/2012/09/pertanian.jpg
Rabu, Oktober 31, 2012 www.aderafiansyah.com
Rabu, Oktober 10, 2012 www.aderafiansyah.com
Sabtu, Juli 28, 2012 www.aderafiansyah.com
Rabu, Juli 25, 2012 www.aderafiansyah.com
Kamis, Februari 02, 2012 www.aderafiansyah.com
Secara kebetulan waktu itu aku ada perlu ke kantor BCA di jalan majapahit Semarang untuk setor tunai pembayaran ke rekanan, suasana ATM setor tunai yang ramai memaksaku ntuk mengantri. Untung ruangannya adem banget dan pas sekali untuk cuaca Semarang yang panas pada siang hari itu. Nampak kesibukan pegawai bank BCA disana, beberapa terlihat pegawai muda yang sedang menawarkan sesuatu kepada beberapa pengantri di mesin ATM, " ah palingan kartu kredit , pikirku.
Mendengar kartu kredit mungkin beberapa orang diantara kita akan mengerenyitkan dahi, terbayang betapa tidak pentingnya kartu itu, terbayang betapa kartu itu menjadi sumber malapetaka keuangan bagi kita dankeluarga, belum lagi ditambah kisah – kisah menyedihkan customer yang mengalami kredit macet dan harus berurusan dengan yang namanya kolektor.!?, wes pokok e kartu kredit itu gak boleh ada dalam kamus hidup kita dech… J
Siapa menyangka dibalik sisi gelap kartu kredit itu ada sebuah celah yang luar biasa sangat bagus untuk dimanfaatkan walaupun tidak legal sepenuhnya, peluang ini sebenarnya udah lama dimanfaatkan oleh saudara – saudara kita busineesman keturunan Chinese. Adeku pernah bercerita bagaimana bosnya yang juragan resto memiliki banyak kartu kredit, aku lupa dia bilang setiap malam harus menggesek kartu itu dengan mesin edc ( mesin kartu kredit ), jumlahnya lebih dari satu, kalo tidak salah 20 hingga 30 kartu kredit..!?!? buat apa ya kira – kira ?
Nah, sampailah kita pada sebuah pertanyaan, apa dan bagaimana kartu kredit itu akan bermanfaat bagi bisnis kita ?, berikut ini aku rangkum beberapa fakta menarik tentang itu :
Nah dari simulasi tersebut diatas, aku kembali teringat kepada cerita tentang bosnya adeku tadi yang punya puluhan kartu kredit, bisa dibayangkan berapa banyak uang yang dia putarkan untuk roda bisnisnya. Luar biasa…. Luar biasa berani dan penuh resiko jika tidak pandai – pandai dan tidak disiplin.
Lantas gimana tips aman penggunaan kartu kredit sebagai modal usaha ?, berikut ini tips yang aku dapatin dari seorang teman ( thx to pak win atas sharingnya tempo hari J ) :
Sementara begitu dulu ya, ini cuman berbagi tips aja dan tidak bermaksud mendorong anda untuk memiliki banyak kartu kredit, karena bagaimanapun juga kredit = hutang, hutang= beban, beban=stress, stress bikin hidup tidak nyaman. Hehe
Cuman klo anda memang sudah punya nyali kenapa tidak…?? Apakah anda tidak bisa menghasilkan keuntungan minimal 60 ribu dari 2 juta rupiah sebulan dari kartu kredit anda..?? pasti bisa kalau anda punya bisnis yang baik dan sehat tentunya
Okey guys, semoga sukses berburu kartu kredit
salam
Ade Rafiansyah
Kamis, Juli 08, 2010 www.aderafiansyah.com
“Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan”
kalimat sederhana nan penuh makna. Itulah salah satu ungkapan dari Soe Hok Gie (Gie), di kalangan aktivis kampus Gie adalah simbol dari idealisme pergerakan mahasiswa.
Beragam pengertian idealisme dilingkungan kita, namun dalam kacamata awam berbicara idealisme adalah berbicara mengenai norma dan hukum, berbicara mengenai kondisi keadaan lingkungan yang harus sesuai dengan norma dan hukum yang ada ( ideal ). pelaku idealisme sering disebut dengan idealis. Memandang idealisme dari sudut pandang mahasiswa dewasa ini memang terkadang bikin pusing, bagaimana tidak, satu waktu menyiapkan diri melakukan aksi turun kejalan membela kepentingan rakyat, namun dilain waktu juga menyiapkan aksi strategi menyontek menjelang ujian, menetapkan standar ganda satu ranah,skeptis memang, namun itulah realitas yang ada.
Lantas apakah penting untuk menjadi idealis ?
Tentu saja penting, sebab norma dan hukum yang ada harus dipertahankan dan dijalankan sebab kita telah menyakini dengan mendarah daging bahwa itu akan membawa kepada kebaikan dan kesuksesan kehidupan pribadi dan sosial kemasyarakatan. Insan idealis selalu mencoba untuk menyesuaikan keadaan dengan apa yang diyakininya tersebut, sehingga wajar terkadang lubang buaya bisa menjadi ancaman. Sedikit saja mengaplikasikan idealisme maka siap – siap punya banyak musuh di dunia yang serba praktis ini.
Hal ini kontra dengan paham non idealis yang selalu menyesuaikan keadaan lingkungan dengan dirinya, keselamatan, kenyamanan, dan keamanan dirinya seakan – akan menjadikan dirinya sebagai standar “idealisme” itu sendiri, maka tidak heran dimana ada keadaaan nyaman dan aman disitulah mereka berada. Bercorak praktis dan opurtunitis serta realistis merupakan cirinya, tak akan menolak jika keadaan ini tidak membahayakan dirinya, tak akan teriak jika keadaan itu tidak mengancamnya. Berbeda sekali dengan insan idealis yang selalu koar-koar ketika sesuatu terjadi dan berlangsung jauh dari kontrak kehidupan yang diayakininya, entah itu untung atau rugi baginya.
Susah untuk mengecap mahasiswa idealis atau tidak ditengah hedonisme kehidupan kawula muda, sebab kita akan berhadapan dengan realita dan kompleksitas kehidupan dunia kampus saat ini. Kampus bukan lagi hanya tempat sekolah dan mencerdasakan diri, namun dewasa ini telah berkembang menjadi peserta dalam kompetisi menggemukkan badan, berkompetisi menjaring mahasiswa ( sumber dana ) yang sebanyak – banyaknya, berkompetisi menjalin kerjasama dengan banyak pihak dengan berbagi tujuan.
Satu sisi kita menjadi bagian penting dalam pembentukan citra korporasi yang jika salah mencitrakan diri akan menurunkan pamor institusi yang pada akhirnya tentu saja mempengaruhi posisinya dalam kontes penggemukan badan itu tadi, disisi lainnya kita menjadi bagian penting dari budaya reformis yang sudah melekat pada setiap individu berjaket almamater, kita berjuang dengan beragam cara membela kepentingan orang banyak, menjaga mereka dari cengkraman para pengeruk keuntungan yang dipopulerkan dengan istilah “kapitalisme”. Diawali dengan diskusi, pembentukan opini publik hingga demonstrasi kerap menjadi mainstream pergerakan para punggawa idealisme. Namun sayang saat ini ibarat koin mata uang, satu sisi dengan sisi lainnya tidak selalu sejalan beriringan, hanya berdalih menjaga nama baik institusi, menyuarakan kekeliruan dianggap merusak citra yang telah dibangun, apalagi ditengah masa penjaringan sumber dana baru saat ini.
Lantas bagaimana sekarang ? Disisi manakah kita berada ?
Memandang dan mencermati realita yang ada di kampus kita sekarang, akhirnya kita sampai pada satu kesimpulan bahwa kita tidak berada pada sisi manapun. Apa pasal ? Ya, mencermati para aktivis kita yang terlalu “ bersahabat “ dengan keadaan hingga mengeluhkan lidah untuk bersikap kritis adalah satu dari sekian alasan untuk bimbang dan pikir pikir memberikan label idealisme.
Terlalu sibuk dan aktif menyokong pembangunan citra institusi menjadikan budaya kritis hilang lenyap, kaca mata bela membela seakan – akan telah terganti dengan kaca mata kuda yang hanya fokus kedepan mengikuti ritme instruksi dari sang kusir, tanpa bisa melihat kiri dan kanan.
Siapa menyangka, saat ini tidak ada satupun tulisan media kita ini yang berani ambil posisi dan peranan sebagai pengawal dan penjaga idealisme ? Corak tulisan kita selalu itu dan itu saja, menerbitkan hanya sebagai upaya memenuhi program kerja, asal terbit bos senang. Pernahkah terpikir dalam hati kita mencari dan mengekspose sisi lain dari “ euforia world class “ ini ?. Dari penjuru ke penjuru kampus menemukan masalah dan membicarakannya ?. Komersialisasi disana – sini yang belum terekspose misalnya ? Jika semua kita hanya bisa bilang “ siap bos,laksanakan ? “ maka siapa yang akan mengingatkan bahwa yang akan kita laksanakan bersama itu justru akan menjatuhkan kita kedalam jurang lebar didepan. Jadi harus ada yang berperan sebagai tukang kritik dalam arti positif, karna tanpa mereka segala sesuatu akan selalu nampak benar dimata kita.
So guys, mari menyebar, memandang setiap peristiwa dan keadaan dari beragam sudut pandang, jangan hanya melulu berkumpul dan memandang dari sudut rektorat saja, karena sejatinya kita lebih menguasai medan kita, masih banyak sudut – sudut yang bisa kita gunakan sebagai menara pandang, menemukan & menyuarakan kebenaran tanpa pandang bulu. Selamat datang budaya kritis beserta turunannya ( menelaah, menemukan, menyuarakan, dan selalu belajar ). kalau sudah begitu, ah rasanya tidak salah slogan kita itu, punggawa – penjaga idealisme mahasiswa. Salam persma..!!
Kamis, Juli 01, 2010 www.aderafiansyah.com
Hai Bloger, aku datang lagi .....
Hai para blogger dimanapun kalian berada, aku datang lagi lho.. hehe.... bagaimana kabar kalian disana ? Sehat selalu bukan ? Meskipun kalian tidak bisa komentar di blog ini karena susahnya instalasi kolom komentar di blogku ini, tapi aku yakin kalian beberapa waktu pernah mampir kemari, meskipun sekedar melihat – lihat rumahku yang hanya kukunjungin kurang dari kata “ sering “ ini heheh...
Baiklah berhubung ujian akhir semester sudah berakhir, maka sudah saatnya aku kembali menjalankan kewajiban dan komitmen awalku ketika membangun blog ini. Blog ini adalah blog yang berisi rangkuman materi kuliah jurusan teknik industri khususnya materi yang diajarkan di kampus kaligawe Unissula, sengaja aku share disini karena suatu saat ini akan menjadi kenangan bagiku, ya syukur-syukur mungkin bisa menambah pengetahuan bagi rekan – rekan dunia maya sekalian.
Fiuuh.... rasanya semester ini berbeda dengan semester-semester sebelumnya, rasanya lebih berat, desakan ekonomi adalah yang paling terasa mungkin, semester ini juga aku dapat kerja tambahan lagi ( tambahan yang ke berapa ya.??? hehe ), yap, semester ini dapat tawaran dari BPS kota Semarang untuk menjadi karyawan kontrak selama satu bulan sebagai PCL ( Petugas Pencacah Lapangan ) dan entry data pada bulan berikutnya. Karena memang dasarnya aku gemar jalan-jalan, akhirnya pekerjaan sebagai PCL pun ku sanggupi, karena pikirku aku akan ketemu banyak orang dilapangan, aku akan mendengar banyak kisah hidup yang beragam dari mereka.
Tapi jauh daripada itu, konsekuensi – konsekuensi yang mungkin muncul harus bisa ku antisipasi demi pelunasan biaya kuliah semester ini. Konsekuensi yang paling terasa ada pada kuliahku, semuanya terbengkalai akibat jarang masuk kuliah yang disebabkan oleh target yang harus dicapai oleh team sensus menyebabkan kami bekerja siang dan malam, yang kalau bahasa kasarnya pimpinan team saya, pak Ujang mengatakan bahwa kita telah dikontrak 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu dan 30 hari dalam satu bulan. Itu artinya kita harus siap siaga datang ke lokasi kapanpun dibutuhkan ( seyem.. hehe)
Alhamdulillah, puji syukur kepada sang khalik di semester ini pula salah satu impianku tercapai. Sebuah sepeda motor matic aku hadiahkan buat adik perempuanku, uang muka aku peroleh dari gaji sebagai PCL itu, dan angsurannya insya Allah aku harus merelakan separuh pendapatanku di warnet ini. Yang penting bagiku, dia bisa berangkat kuliah dengan mudah, sebab kampus Fisip Undip tempat dia berkuliah akan segera pindah lokasi ke daerah Tembalang ( 30 menit perjalanan dari rumah kami ), selain itu efektifitas waktu dan efisiensi biaya menjadi pertimbangan bagiku, daripada harus mencarikan kontrakan atau kos untuk dia di daerah tembalang yang terkenal mahal itu sebaiknya aku mengalokasikan dana yang tadinya dipakai untuk transportasi ke angsuran motor, lumayan jadinya mobilitas diapun jadi lebih fleksibel.
oya, disemester ini dalam hal organisasi, alhmdulilah bersama - rekan di klub teknik industri, kami berhasil lolos seleksi naional 2 event perlombaan, satu di ITS surabaya, dan satu lagi di UGM jogja, meskipun hanya sebagai finalis tapi kami puas,karena ini pengalaman pertama bagi kami mengikuti event seperti ini. kalau buat saya pribadi, tidak ada bedanya antara kami dengan mereka, yang berbeda hanya terletak pada persiapannya saja, mereka lebih siap dan kami kurang siap ( gubrak..!! sama aja kalleee... hahahah ), justifikasi diri.com .. hehe
foto bersama peserta lomba lainnya dari kampus seluruh indonesia
Kerja sebagai PCL di Sensus Penduduk 2010, ikut kompetisi nasional, cerita cinta ( ssst..yg ini masih tabu untuk dibicarakan,haha ) beli motor baru, kuliah sedikit berantakan, fluktuasi pendapatan yang tidak jelas ke mana angka sebenarnya mengarah adalah merupakan kisah kisah yang sangat berharga bagiku di semester ini. Ini akan menjadi kenangan yang indah, bagaimana harus terguyur hujan deras sambil mengetuk – ngetuk pintu responden di lapangan, stress karena pembayaran uang kuliah yang tidak pasti padahal jadwal ujian semakin dekat, tidak bisa berkutik dikala banyak tugas kuliah yang luput, harus pasrah dengan hasil ( nilai ) yang akan aku peroleh semester ini, selalu meluangkan waktu untuk merenung dan berfikir serta selalu bertanya dalam hati “ besok untuk bayar ini dan itu pake uang dari mana ya .. ?? “ hehe... umur masih muda tapi terpaksa harus memikirkan urusan – urusan kayak gitu, haha....tak apa – apalah pakcik ade, sapa tau besok kalo sudah tua jadi sudah terbiasa.. hehe
Baiklah guys, mungkin itu cuman sekedar oleh – oleh dariku buat kalian yang udah mampir ke sini, ya mo pegimana lagi, cuman cerita yang bisa aku share ama kalian, harapannya ada manfaat yang bisa kalian petik, dan buat aku cerita ini akan jadi kenangan hidup, biar kelak kalau aku baca kembali bisa bikin aku tersenyum – senyum bahagia pada ade muda yang berjuang mewujudkan mimpi menjadi sukses ini. Hhehe
Oke blogger, sekian dulu preambule ( dikata pembukaan UUD 45 hehe ) dari saya, materi ergonomi, ppic dan materi lainnya siap saya rangkum disini, semoga bermanfaat buat kita semua. Cekidot.....!!!
oya lupa, saya juga mau bilang “ SEMANGAT......!!!! “ hehehe
Minggu, Juni 27, 2010 www.aderafiansyah.com
Mimpi menjadi Universitas Kelas Dunia
Tulisan ini saya persembahkan buat seseorang yang selalu ujian dengan sistem “ Take Home Test “, ya salah satu moda ujian dengan mengerjakan soal ujian di rumah yang tentu saja tanpa pengawasan dan penuh dengan reverensi ( lol ) .
Awalnya saya sendiri aneh,kenapa begitu mudah mereka dalam mengerjakan ujian, ujian akhir semester pula. Apakah memang karena materi yang diajarkan susah, ataukah ada sebab lainnya ? Hmm saya pikir pasti karena masalah klasik
Oke kita tinggalkan motivasi saya menulis itu, yang jelas backstory tadi mengingatkan saya dengan selogan “ world class university “ yang sedang kita impikan untuk kita raih yang pada akhirnya mungkin saja bisa untuk kita “jual” dalam rangka memenuhi fungsi pembiayaan institusi. :D
Nama salah satu program parodi di sebuah stasiun swasta nasional cukup menginspirasi mimpi kita itu. Effendi Ghazali sang moderator sering mengatakan bahwa negara kita dalam beberapa hal hanya baru bisa bermimpi. Yang itu diartikan bahwa kita masih punya keinginan dan harapan, lumayanlah daripada tidak sama sekali. Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa gigih kita bekerja dan berupaya untuk meraih mimpi kita itu... ?? sudahkah semua yang kita lakukan menuju ke arah pencapaian mimpi itu, mimpi menjadi kampus berkelas dunia yang diidam-idamkan oleh hampir semua perguruan tinggi swasta di negara pak bambang ini. Ataukah itu hanya sebuah selogan untuk menaikkan prestige kampus yang jika di search di google hanya bisa mencapai angka 52 halaman pencarian saja ( data 27 juni 2010 ).
Bapak Hendra Gunawan, salah seorang dosen di sebuah perguruan tinggi di Bandung, pernah menulis hal yang sama tentang ini. Dalam tulisan beliau diterangkan beberapa kriteria untuk menjadi “world class university “ berdasarakan pengamatan yang dilakukan oleh Li lanqing,eks premier china 1993 – 2003. Dalam bukunya yang berjudul “Education for 1.3 Billion“ disebutkan setidaknya terdapat delapan kriteria untuk disebut dan diakui sebagai universitas kelas dunia. Mari kita jabarkan satu persatu sembari kita mengevaluasi dengan keadaan kita yang baru saja mendeklerasikan diri menjadi universitas kelas dunia.
Kriteria pertama ialah tentu saja fasilitator ilmu, yakni tenaga pengajar atau dosen. Universitas kelas dunia memiliki tenaga pengajar yang ternama, yang tentu saja kepopulerannya disebabkan oleh konsistensinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang menjadi kepakarannya, seperti keaktifannya dalam penerbitan jurnal – jurnal ilmiah ditingkat internasional. Hal ini bisa saja atau tidak mesti ekuivalen dengan grade keilmuan yang dimiliki ( sarjana/master/doktor ), semakin tinggi level pendidikannya maka semakin intens pula kegiatan keilmiahan yang dilakukannya (idealnya). Beri centang jika kita sudah termasuk kriteria ini.
Kriteria kedua ialah kemampuan perguruan tinggi dalam merekrut dan mendidik banyak orang terkenal yang berhasil dalam karier dan mengharumkan nama almamaternya. MIT merupakan contoh kongkrit dalam hal ini, banyak lulusan perguruan tinggi favorit di Amerika ini merupakan pemenang nobel dalam berbagai disiplin ilmu. Beri centang lagi jika kita termasuk dalam kriteria ini.
Kriteria ketiga ialah perguruan tinggi kelas dunia umumnya telah mengadopsi model dan metode pembelajaran yang menjunjung tinggi kebebasan akademik dan mendorong inovasi teoritis. Perhatikan pola pembelajaran di kampus kita, hampir sebagian besar kita belajar dengan pola lama yang kaku dan monoton yang berciri khas mencatat dan menghafal, meskipun menurut pengalaman teman-teman yang menceritakan bahwa beberapa dosen punya pola mengajar dengan intensitas diskusi / seminar yang cukup banyak sehingga secara tidak langsung telah mendorong minat mereka untuk mencari secara mandiri ilmu yang sedang digeluti dari berbagai sumber, hal ini tentu saja mendatangkan gairah belajar yang cukup baik. Beberapa kampus favorit di negara kita sudah menganut sistem ini, teman-teman dari ITB dan UI pada suatu kesempatan dalam sebuah ajang perlombaan nasional bercerita kepada saya, bahwa mereka telah mengadopsi pola pembelajaran seperti itu, dan menurut pengakuan mereka,pola seperti ini secara tidak langsung telah menjadikan mereka mahasiswa yang “ harus rajin “ secara tidak langsung, sebab dosen disana terkenal paling susah memberikan nilai bagus jika mahasiswa tidak benar-benar kompeten, dan tentu saja nilai yang buruk menjadi momok bagi setiap mahasiswa. Saya merekomendasikan film 3 idiots ^_^ bagi pembaca sekalian jika ingin mengetahui bagaimana pola belajar yang saya maksudkan. Jangan lupa dicentang juga ya
Kriteria keempat berkaitan dengan program studi andalannya. Perguruan tinggi dunia umumnya menawarkan sejumlah program studi andalan dalam sarana dan prasarana pendukung yang lengkap. Sebagai contoh Oxford University memiliki beberapa program studi andalan diantaranya yaitu ekonomi dan biologi, sementara MIT yang terkenal dengan fisika dan ilmu komputernya. Kampus kaligawe menyelipkan kata cyber ditengah-tengah selogannya, yang oleh sebagian kalangan diasosiasikan sebagai pengembangan keilmuan IT. Lantas kalaupun itu benar, mari sejenak menengok sarana utama ( dosen/refernsi ilmiah ) maupun sarana penunjang lainnya seperti laboratorium dan sebagainya. Saya tidak ingin berkomentar banyak tentang ini, mungkin rekan – rekan yang pernah menggunakan pita hitam dilengan beberapa waktu yang lalu lebih paham dengan hal ini. Oya jangan lupa dicentang jika kriteria ini kita miliki.
Kriteria kelima berkaitan dengan jumlah mahasiswa program pasca sarjana dan doktor. Perguruan tinggi dunia umumnya memiliki jumlah mahasiswa program sarjana yang mencapai setengah dari total jumlah mahasiswanya. Di Harvard University total mahasiswa pasca sarjananya mencapai 1,66 kali jumlah mahasiswa sarjananya. Saya ragu jika point ini kita terimas sebagai kriteria :D, jangan lupa dicentang lagi jika memenuhi.
Kriteria keenam dan ketuju berkaitan dengan kontribusi perguruan tinggi sebagai sumber pemikiran, gagasan, teori,dan teknologi baru yang selalu tercipta dari waktu ke waktu. Perguruan tinggi dunia juga memiliki warisan budaya yang kaya dalam institusinya. Kalau ini kita pasti punya budaya yang mungkin tidak semua kampus memilikinya, ya BudAi, budaya akademik islami yang salah satu aturannya mewajibkan seluruh akhwat dikampus menutup aurat, bercandaan teman saya yang baru berkunjung kekampus beberapa waktu lalu, menyebut kampus kita sebagai kampus suasana surga ^_^. Oya dalam bidang pengembangan teknologi kita punya proyek mobil hybrid yang dengar-dengar menarik minat pemkab sragen untuk menjalin kerjasama. Oke, silahkan centang jika anda merasa kita memenuhi hal ini
Kriteria kedelapan berkaitan dengan peran serta perguruan tinggi bagi pengembangan lingkungan sosialekonomi budaya masyarakat sekitar dan negara. Sebagai contoh pada tahun 1951 Stanford University mempelopori penerapan sains pada dunia industri, dimana melalui kerja sama dengan dunia industri membangun suatu kawasan idsutri yang hi-tech yang sekarang dikenal dengan silicon valley.Hal yang sama juga dilakukan oleh Cambridge University. Dalam pemikian saya Mungkin KPT ( kuliah penerapan teknologi ) jika dikelola dengan berkesinambungan dapat dijadikan nilai untuk memenuhi kriteria ini. Oke centang jika anda anggap ini memenuhi.
Cukup delapan kriteria kita bahas dalam “melegalkan “ untuk menyebut diri kita “ Wold Class University “, lantas sekarang pertanyaannya adalah, berapa tanda centang yang telah anda bubuhi pada setiap kriteria tersebut. Satu, dua, atau bahkan delapan ?.
Akhirnya tulisan ini saya buat untuk mengingatkan kita semua agar tidak lupa dan terlena serta terbuai dalam mimpi – mimpi semu belaka yang menjadikan kita mahasiswa yang lupa pada proses mengkritisi dan mengevaluasi proses yang terjadi. Berpikir positif terhadap suatu hal itu baik, tapi dalam hal ini kita telah bersinggungan dengan modal / kapital yang bisa saja jika salah, kita hanya akan menjadi komoditas. Memenuhi tanggung jawab membayar dan lupa menagih hak karena terbuai karena telah menjadi mahasiswa kelas dunia.
Akhir kata dari saya, selamat menempuh ujian teman – teman , jangan nyontek, buat para asisten dosennya, semoga bisa menjadi panutan dan teladan di ruang ujian. Semangat belajar dan mari saling mendoakan semoga kita benar-benar menjadi insan terbaik ( khoirul ummah ).
Minggu, April 18, 2010 www.aderafiansyah.com
SALAH KAPRAH DI TRIBUN TIMUR
menyoal proses pemilihan ketua senat FTI
Pagi itu den baguse berkesempatan menghadiri hajatan besar kaum intelektual muda, kaum terpelajar yang konon katanya memegang teguh idealisme itu, supaya gampang sebut saja kaum itu bernama mahasiswa. Kebagian undangan sebagai penonton rupanya kurang sreg dihati den baguse, sebab menjadi penonton disini artinya tidak diperkenankan berbicara tanpa ijin. Bah ... !!! itu sungguh bertolak belakang dengan sifat den baguse yang suka gumunan dan tukang protes, gumunan melihat kalau - kalau dihajatan itu nanti ada sesuatu yang aneh dalam sudut pandangnya. Untuk itu mulailah den baguse mengotak -atik undangan itu, sampailah ia pada sebuah predikat baru, yaitu DELEGASI angkatan 2007, nah dengan begini pikirnya dia lebih mudah berbicara tanpa harus meminta persetujuan yang empunya gawe.
Singkat kata hadirlah den baguse diacara itu, duduk bersama deratan delegasi lainnya di blok 2 dan di bangku urutan 3 dari depan sambil tenteng menenteng satu kardus kecil makanan ringan. Diruangan itu telah hadir beberapa mahasiswa lainnya,tidak banyak jumlahnya sebab nampak banyak sekali bangku kosong yang tersisa. Dibagian depan ruangan itu bertuliskan nama kampus tempat mereka belajar. Bagi den baguse tulisan didepan ruangan itu punya makna tersendiri dan sangat dalam, tulisan itu sedikit banyak memberi pengaruh dan semangat bagi den baguse yang baru kali itu ikut hajatan.
Hajatan apakah gerangan pagi itu, sebab tidak biasanya den baguse bisa berangkat pagi ke kampus dan semangat untuk hadir ?. Rupanya kaum intelektual sedang punya hajat memilih ketua dewan yang merupakan acara rutin SENAT MAHASISWA, sebuah lembaga legislatif dikalangan mereka. Maklum saja, mereka menganut sistem pemerintahan yang persis sama dengan negara berbendera merah putih itu. Apalagi kalau bukan DEMOKRASI, ya sebuah sistem yang populer dijabarkan sebagai pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, diartikan sebagai pemerintahan yang bebas dari sikap otoriter dan atau memungkinkan untuk bersikap seperti itu.
Dalam sistem Demokrasi, terdapat 3 kekuatan utama yang dalam teori politik dikenal dengan istilah trias politica, yaitu Legislatif, Yudikatif dan Eksekutif. Sudah dipastikan hajatan kali ini, den baguse berada pada beranda legislatif. Sebuah lembaga yang terdiri dari perwakilan mahasiswa setiap angkatan, lembaga yang tentu saja berperan besar dalam menetapkan aturan fundamental dalam penyelenggarakan kegiatan lembaga kemahasiswaan. Secara sederhana den baguse mencoba menganalisa dan mendiskripsikan problem situation dari hajatan itu dari waktu ke waktu hingga usai. Untuk memudahkan menceritakannya kembali, setidaknya den baguse telah membagi acara itu dalam 2 Babak.
Babak Pertama
Karena berada pada lembaga legislatif yang bertugas nggawe aturan, jadi den baguse pun ikut terlibat dalam proses itu. Adapaun aturan yang dibuat ialah menyangkut tatacara pemerintahan organisasi kaum intelektual di kampus itu, baik legislatif maupun eksekutif. Salah satu pointnya ialah meletakkan dasar pancasila dan UUD 45 sebagai landasan fundamental organisasi SENAT dan BEM serta Lembaga Semi Otonom lainnya.
Point lainnya ialah mengatur tentang syarat keanggotaan di parlemen mahasiswa ( SENAT ), pada point ini den baguse gumun untuk yang pertama kalinya, gumun sebab tidak semua orang punya hak yang sama dalam keanggotaan. Mahasiswa yang “ BUKAN ASLI ( bukan palsu juga ) “ sama sekali tak punya akses menjadi anggota parlemen, model mahasiswa bagaimana pula ini ?, yaitu mahasiswa luar yang melanjutkan pendidikannya di kampus tempat den baguse belajar, dalam kacamata den baguse, setiap mereka punya kewajiban membayar “pajak” penyelenggaraan kegiatan kemahasiswaan, jadi sudah selayaknya juga mereka mendapatkan haknya untuk ikut menyelenggarakan kegiatan kemahasiswaan yang salah satunya ialah berhak menjadi bagian dari legislatif atau minimal membawa kepentingan rekan – rekan senasib dengannya. Kali ini den baguse mulai nyerocos tanpa ragu memperjuangkan konstituen “ BUKAN ASLI “ itu. Goaaallll.....!!! satu aspirasi berhasil diperjuangkannya. Meskipun tak punya hak menjadi ketua Senat karena tak mengikuti Ospek, Mahasiswa transferan kini tetap punya hak berpartisipasi sebagai anggota di parlemen kampus,
Aturan lainnya yang disepakati oleh forum intelektual itu adalah syarat – syarat menjadi ketua legislatif atau SENAT, diantaranya ialah batas nilai IPK minimal yang harus dimiliki, tidak menjabat ketua pada lembaga kemahasiswaan lainnya, dan yang paling unik dalam pandangannya ialah bahwa untuk menjadi ketua senat, maka calon ketua harus menyatakan KESANGGUPANNYA untuk menjadi ketua dengan memaparkan visi dan misinya. Tentu saja semua aturan itu harus DIPENUHI agar bisa menjadi ketua Senat.
Babak Kedua
Dalam sudut pandang den baguse aturan yang telah dibuat haruslah dilaksanakan dengan sebaik – baiknya. Aturan dibuat bukan untuk dilanggar, sebab jika untuk dilanggar artinya sebenarnya mereka sedang melawak dengan lawakan tak lucu sama sekali pada hari itu.
Tiba – tiba kening den baguse berkerut, apa gerangan .. ? yup, den baguse gumun lagi untuk kedua kalinya. Menurut ilmu yang dipelajarinya di pelajaran PPKN, bahwa anggota legislatif haruslah dipilih secara langsung melalui mekanisme pemilihan umum sebagai representasi dari penyelenggaraan pemerintahan yang menganut azas demokrasi. Sejenak den baguse teringat bagaimana pada zaman ORDE BARU orang-orang hampir tak pernah mengenal siapa yang mewakilinya di parlemen karena semua sudah “ DIATUR “ oleh penguasa, hanya yang berkuasalah yang bisa menentukan siapa mewakili siapa pada waktu itu. Jelas hal ini bertentangan dengan nilai – nilai idealisme yang dibawa oleh MAHASISWA REFORMIS 98. Dengan pengorbanan darah dari kaum intelektual diseberang sana & rezim itupun tumbang.
Mahasiswa pada masa perjuangan Reformasi 1998( foto:internet)
Lantas apa masalahnya den bagus ?, menurut den baguse sistem pemilihan anggota dan ketua SENAT itu tak jauh bedanya dari rezim orde baru itu tadi. lha kok bisa den, bagaimana ceritanya ?, Sistem pemilihan anggota dan ketua Senat tidak dilaksanakan melalui mekanisme Pemilihan Umum, dimana mahasiswa memilih wakilnya secara langsung, namun anggota senat dipilih oleh ketua Senat yang telah terpilih lebih dahulu. jadi kita pilih dulu ketuanya, nanti biar ketua sendiri yang memilih anggota – anggotanya, setidaknya begitulah penjelasan yang empunya hajat didepan.
Tepat...!!! eh eh protes lagi den baguse, dia tak terima era reformasi ini ditumbangkan kembali oleh kaumnya sendiri, kaum yang telah susah payah memperjuangkan sistem di tanah air ini. “ bagaimana pula kita dulu berjuang menjatuhkan kediktatoran, lha kok sekarang malah mengusung kedikatatoran untuk berjaya kembali ? “. begitulah pikir hati den baguse. Memilih ketua senat lebih dahulu oleh segelintir orang yang justru tidak sadar akan urgensi kehadirannya di ruangan itu bukanlah cara yang dibenarkan, apalagi memberikan keleluasaan kepada ketua terpilih untuk memilih anggotanya sendiri meskipun ada aturan bahwa angggota tersebut berasal dari berbagai jurusan dan angkatan.
Kali ini tak seleluasa argumentasi yang pertama, sebab waktu menjadi pertimbangan baginya, apalagi bisik bisik dikiri kanan yang nampaknya sudah ingin meninggalakan hajatan yang cukup melelahkan otak itu. Cuma satu permintaan den baguse, yaitu kembalikan ke sistem yang ideal, pamali rasanya bagi dia mengajarkan dan mengingatkan teori demokrasi dalam PPKN kepada yang empunya hajat.
Akhirnya kali ini tak semulus yang pertama, tetap saja sistem tak banyak berubah. den baguse tak bisa berteriak goaaallll......!!!!, dia hanya tersenyum getir menyaksikan aturan main reformasi ala teknokrat kampus.
Sampailah semuanya pada akhir cerita, tatkala acara inti yaitu pemilihan ketua Senat oleh “ sisa undangan “ yang masih tetap setia duduk ditempat. Mulailah masing – masing lembaga diminta untuk mengusulkan salah satu anggotanya untuk menjadi calon ketua SENAT. Pentaspun dimulai oleh sang empunya hajat, satu persatu adegan diperagakan, terpingkal – pingkal den baguse dibuatnya, meskipun pingkalannya hanya didalam hati. Semua lembaga harus mendelegasikan perwakilannya. Kata “ harus “ ternyata mengabaikan segala persyaratan yang ada, mahasiswa belum semester 6 terpaksa maju sebagai calon, mahasiswa yang sedang menjabat ketua lembaga lainnya pun maju sebagai calon meskipun pada akhirnya dipersilahkan duduk kembali. “ apa maksud empunya gawe ini ?, buang – buang waktu dan energi saja nih “ pikir den baguse. Ya memang tak jelas maksud dan tujuannya memaksa seseorang maju ke depan sebagai calon padahal orang tersebut sudah jelas – jelas tidak memenuhi kriteria dan mempersilahkannya kembali diduduk didepan setelah memperkenalkan dirinya kepada hadirin yang hadir. “ ah mungkin ini bagian dari lelucon yang punya gawe didepan,lumayanlah buat merefresh pikiran “, pikir den baguse.
Singkat cerita, tersisalah beberapa mahasiswa yang nampaknya memenuhi syarat sebagai ketua SENAT. Riang gembira rasanya den baguse menyambut adegan ini, pikirnya semua akan berakhir dan segera pulang. Namun berkerut lagi keningnya, kali ini dengan kerutan yang cukup dalam dan tidak disertai dengan protes sebab percuma beretorika panjang lebar pada rel yang tidak tersambung.
Kali ini semua calon di uji kelayakannya melalui persyaratan terunik itu yaitu, calon ketua harus menyatakan KESANGGUPANNYA untuk menjadi ketua dengan memaparkan visi dan misinya. Mulailah empunya gawe bertanya “ APAKAH ANDA SANGGUP MENJADI KETUA SENAT ? “. dan semua calon memiliki jawaban yang sama yaitu, “ TIDAK/BELUM SANGGUP ...!!! “
Mendengar jawaban itu mulailah pikiran den baguse tersadar dan berkata dalam hati “ ADA YANG SALAH DISINI PERMISI IJIN PULANG.......... “
Keesokan harinya den baguse menerima kabar bahwa telah terpilih ketua Senat yang baru, pikirnya lagi, “ SEMOGA DIA YANG TERPILIH TELAH BENAR – BENAR SANGGUP SEKARANG “
saya dedikasikan tulisan ini untuk rekan – rekan mahasiswa yang masih punya hati dan nyali untuk berubah, kawan jangan pernah menyerah pada keadaan, lawanlah keadaan. Janganlah mensolusikan yang salah pada kondisi yang salah. Benar bahwa Apatisme akut telah menyerang banyak mahasiswa dikampus kita, jangan persoalkan apatisme mereka, persoalkanlah apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan mereka dari “ ketidak kritisan berfikir “.
( ade rafiansyah )
jika ada kalimat atau perkataan yang kurang berkenan dalam tulisan ini saya mohon maaf, semua hanya untuk menggambarkan bagaimana penulis menyambungkan pemahamannya dengan keadaan yang ada . Jika memang ada kesalahan, koreksilah dengan argumen yang tepat dan mengena.
Selasa, Februari 09, 2010 www.aderafiansyah.com
Tahun ini merupakan tahun ke 6 aku berada di kota Semarang. Semarang memang merupakan kota pilihanku untuk melanjutkan pendidikan, tak tanggung – tanggung “ kontrak tinggal “di Kota loenpia ini terus kuperpanjang dengan melanjutkan pendidikan setelah sebelumnya berhasil menggondol ijazah dari salah satu kampus disini. Selain karena keadaannya yang aman tentram, kota ini benar – benar telah membuat aku jatuh hati. Salah satu ikonnya berhasil menyihirku menjadi sang penjelajah malam ( ceilee.. ). Apalagi kalau bukan NASI KUCING ( meaouw..”_” ) . Kenapa nasi kucing..??, ya karena di tempat inilah perkenalanku dengan Semarang dimulai.
Sebagai pendatang baru dari luar jawa, tentu sudah menjadi keharusan buat aku untuk mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan, salah satunya yakni dengan bergaul dengan para tetangga yang kebetulan masih sebaya dengan aku. Masih ingat betul kala itu pelajaran bahasa jawaku harus dimulai dengan kata – kata (maaf) porno, maklumlah temen – temen suka ngerjain orang yang tampak bego dan bodoh kayak aku ini ( pada waktu itu lho *_* ). Ada hikmahnya juga sich mempelajari bahasa dari sisi buruknya terlebih dahulu, aku bisa tau kapan orang disini sedang marah atau tidak.
Tempat tongkrong pertamaku ialah sebuah warung di salah satu pinggiran kompleks tempat tinggalku, persis di tepian jalan utama. Banyak anak muda nongkrong sambil ngobrol dan menikmati aneka hidangan yang tersedia di warung yang ukurannya tidak terlalu besar itu. Terdapat 4 tempat duduk memanjang yang mengitarinya, dibagian tengah warung ( aku lebih suka menyebutnya gerobak, karena di kota asalku Sumbawa, model warung seperti ini disebut gerobak ) tersedia aneka jajanan dan gorengan disana, untuk minuman beragam pilihan bisa dinikmati disini, tentu saja yang paling populer ialah wedang jahe ( minuman seduhan jahe-jawa), dan yang paling unik sekaligus menggelitik ialah beberapa bungkus nasi yang ukurannya mungil sekali, dalam hatiku waktu itu berkata, “ wah kalo ukurannya segini sich buat nyentil ususku saja tak mampu nampaknya, minimal aku harus makan 5 atau 6 bungkus baru kerasa nendang !! “. Uniknya lagi dibagian ujung gerobak terdapat tungku dengan 2 buah ceret diatasnya, yang akhirnya aku ketahui berisi teh dan seduhan jahe, melihat hal itu pikirku lagi dalam hati, “ ah ngirit betul orang ini, apa tak ada tempat lain untuk merebus air “. Sekilas nampak warung ini seperti warung portable semua serba minimalis disini. Bagi yang tak kebagian tempat di seputaran gerobak, pedagang juga menyediakan tikar buat mereka yang ingin ngobrol sambil lesehan.
Hampir setiap malam aku bersama beberapa temen mengunjungi warung yang biasanya tutup jam 2 pagi ini. Disitulah aku mulai mengenal karakter masyarakat disini dari beragam obrolan mereka sambil privat berbahasa jawa tentunya. Perlahan tapi pasti akhirnya sedikit demi sedikit aku bisa berbahasa jawa, hal ini tentu saja memudahkanku untuk berkomunikasi dengan mereka. Masih ingat waktu itu aku pernah mencoba bercanda dengan pemilik warung, ketika itu aku kebagian jatah “ mbayari” ( mentraktir-jawa ) temen – temen, setelah semuanya selesai makan dan minum,aku bergegas menemui sang empunya warung, oya di sini kita boleh mengambil makan terlebih dahulu, baru kemudian membayar ketika akan beranjak pulang, tentu saja kejujuran diutamakan disini karena si pedagang tak pernah memantau apalagi mencatat makanan dan minuman mana saja yang anda konsumsi.
Setelah mengeluarkan uang saya bertanya kepada pemilik warung, “ pinten pak ? “ ( berapa pak ? ), setelah saya menyebutkan semua makanan dan minuman yang dipesan temen – temen, sang pedagang kemudian menjawab, “ sedoso ewu mawon mas “ ( sepuruh ribu saja mas ). kemudian bermaksud bercanda aku menawar harga tersebut, “ wah mahal banget pak, sepuluh ribu saja ya !! “. Sontak beberapa pembeli disekitar situ dan temen – temen menoleh kearahku sambil tertawa terpingkal - pingkal, lambat laun aku baru tau kalau sedoso eu itu sama dengan sepuluh ribu ( hahaha ). Semenjak itu aku jadi terkenal di warung itu dengan sebuatan mas e luar jawa ( mas yang dari luar jawa ).
Bagaimanapun juga disitulah awal mulaku berkenalan dengan kota ini, banyak hal tentang kota ini aku ketahui dari temapat sederhana ini, semua berkat keramah-tamahan para pengunjung yang dengan senang hati berbagi informasi dan pengalamannya. Sehingga aku cukup bisa mencuri start dari teman – teman sesama mahasiswa luar jawa di kampus, aku lebih cepat bisa berbahasa jawa, lebih cepat dan lebih banyak tahu tentang lokasi – lokasi di kota ini. Hanya dengan bermodalkan 5 bungkus nasi rendang telur dan ikan teri, ditambah gorengan badak jagung, segelas susu jahe hanget, aku bisa “ menguasai” semarang hanya dalam beberapa minggu saja. Terimakasih nasi kucing, tak kusangka meowanganmu telah menemaniku selama 6 tahun.
Didedikasikan buat temen – temen di nasi kucing seputaran Tlogosari Kulon Semarang, khususnya nasi kucing 33 di depan gerbang.
Ditulis dalam rangka menyemarakkan Semarang Bajir Kuliner Blog Fest 09
sumber gambar : http://pensilungu.wordpress.com/2009/06/19/nasi-kucing-cafe/
Selasa, Februari 09, 2010 www.aderafiansyah.com
Berbicara mengenai kopi, mungkin anda akan sedikit membayangkan nikmatnya sensasi menyeruput si hitam pekat ini sambil membaca koran dan bersantai dihalaman atau teras rumah anda. Selain disajikan di warung-warung angkringan di pinggir jalan, kopi juga bukan hal yang asing lagi dikalangan kaum jet set. Hal ini bisa terlihat dengan munculnya beberapa cafe yang khusus menyediakan minuman ini atau biasa disebut coffeshop. Selain itu kopi juga sudah dapat kita nikmati secara swalayan melalui mesin – mesin penyedia kopi dibeberapa tempat umum. Hal ini menunjukkan betapa populernya minuman yang konon dapat menghilangkan kantuk ini dikalangan masyarakat kita.
Rasanya tidak lengkap jika berbicara kopi, tanpa membicarakan kopi kampiun khas Indonesia. Apa lagi kalau bukan Kopi Luwak, ya kopi yang berasal dari kotoran hewan luwak. Kopi ini sudah terkenal sejak pembukaan perkebunan kopi besar – besaran pada jaman pemerintahan Hindia Belanda. Kopi ini terkenal karena memiliki cita rasa yang khas. Wajar saja untuk menikmati kopi ini kita harus merogoh kocek yang cukup dalam. Di Pasaran Internasional harga kopi ini berkisar US$ 100 hingga US$ 350 atau Rp 1 juta sampai Rp 3,5 juta per kilogram. Bandingkan dengan harga kopi bermutu tinggi lainnya yang hanya berkisar 75 ribu per kilogram.
Musang Luwak atau Paradoxurus hermaphroditus merupakan hewan nokturnal yang hanya aktif pada malam hari. Hewan ini secara alami hanya memilih dan mengkonsumsi buah kopi yang terbaik. Luwak memiliki pencernaan yang cukup unik, yakni hanya mencerna daging buah kopi. Biji kopi tidak ikut tercerna. Selama berada di dalam perut luwak, biji-biji kopi difermentasi dan bercampur dengan sejumlah enzim dalam usus. Sekitar 12 jam setelah ditelan, biji-biji kopi dikeluarkan kembali.
Pasar terbuka lebar untuk produk unggulan ini, saat ini kopi luwak hanya beredar sekitar 500 kg di pasar internasional setiap tahunnya. Penangkaran luwak menjadi solusi untuk memenuhi permintaan tersebut, Bagaimana apakah anda tertarik untuk menangkar hewan “ajaib “ ini ?
Ditulis dalam rangka menyemarakkan Semarang Bajir Kuliner Blog Fest 09
gambar diambil dari http://qiraati.wordpress.com/2009/12/11/se-kopi-asin/Senin, Februari 01, 2010 www.aderafiansyah.com
Oh My Valentine
by aderafiansyah
Lama gak nulis disini ( ups kalimat standar para blogger yang lama gak ngurus blognya, hehe ), karena lama gak nulis disini jadinya agak kangen gimana gitu ( *lebay ). baiklah tulisan kali ini bukan tulisan tentang teknik industri tapi tulisan tentang valentine, kenapa valentine..? ya secara pas aja momentnya baru kepengen nulis eh pas awal bulan velentine. Oke tanpa bermaksud membuat anda jenuh dan segera meninggalkan tulisan ini, kita akan mulai membahas tentang valentine, tapi maaf saya tidak akan membahasnya dari segi Agama ( versi yang ini udah banyak beredar ) baiklah ambil bantal bikin kopi dan dengarkan lagu favorit anda, karena anda akan saya ajak “ berjalan – jalan “ ke masa lalu.. anda siap...?? yuk mari ikuti saya......
Sejarah Valentine
seperti yang saya janjikan diatas, kali ini saya akan mengajak anda berjalan – jalan kemasa lalu, yaitu masa ketika Acara Valentine ini dimulai, namun sebelum itu, udah pada tau kan apa itu valentine..??
Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine's Day), pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Perayaan valentine saat ini menjadi perayaan terbesar kedua setelah perayaan Ntala disana. Biasanya perayaan ini diasosiasikan ( weidian bahasa apa ini, hehe ) kepada orang – orang yang bertukar kartu ucapan yang berisi ucapan dengan catatan kecil khas valentine. Hal inilah yang melatarbelakangi produksi kartu ucapan secara massal, yakni kira – kira pada awal abad ke 19.
Selain bertukar kartu ucapan, kencan kecil dengan pasangan mutlak harus dilakukan pada hari yang penuh cinta dan bersimbolkan warna pink dengan hiasan khas cupid yang bersayap ( tau kan cupid..?? hehe ). Namun alamat bagi yang merasa sendiri, karena dia harus bersiap – siap gigit jari dan mempersiapkan perayaan Black Day ( nah apa pula tu ? Tenang nanti saya kasih bocorannya, hehe ). namun, sebenarnya pada awalnya perayaan valentine day ini tidak selalu identik dengan Pacar – pacaran , namun bisa juga saling berbagi bingkisan atau hadiah dari anak kepada orang tua, kepada teman, guru dan siapa saja.
Nah udah pada tau kan apa itu hari Valentine ? Nah kalo udah tau yaudah ya, tulisannya ampe sini aja....hehe...tapi buat anda yang tertarik mengetahui sejarahnya, silahkan lanjutkan membaca.
Berbicara mengenai sejarah valentine's day, maka kita akan menemui beragam versi sejarah, yuk mari kita bahas ( baca kalee bukan dibahas ..!!! ah sama saja, tu de poin yuk, oya sejarah ini saya copy dari berbagai sumber dengan perubahan seperlunya )...
Sejarah 1 : Valentine merupakan perayaan kesuburan pada bulan Februari
Menurut kalender kuno Roma atau athena kuno, pertengahan bulan januari sampai pertengahan bulan februari disebut sebagai bulan GAMELION, yakni bulan untuk merayakan pernikahan Dewa Zeus dan Hera ( klo pernah nonton film samson pasti tau sapa Zeus dan Hera )
Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.
Sejarah 2 : Valentine's day adalah Hari Raya Gereja
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir ( orang yang mati syahid ) atau santo (orang suci) yang berbeda:
seorang pastur di Roma
seorang uskup Interamna (modern Terni)
seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Sejarah 3 : Valentine's day dan Santo Valentinus
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kimpoi. Kepercayaan ini ditulis pada karya sastrawan Inggris Pertengahan bernama Geoffrey Chaucer. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa:
For this was sent on Seynt Valentyne's day (Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus) Whan every foul cometh ther to choose his mate (Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya)
Pada jaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari valentine dan memanggil pasangan Valentine mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi naskah British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada jaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:
* Sore hari sebelum santo Valentinus akan mati sebagai martir (mati syahid), ia telah menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".
* Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka diam-diam.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan kegugurannya sebagai martir
Sejarah 4 : Kisah cinta St. Valentine dan Putri Sipir Penjara
Valentine adalah seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.
Namun sayangnya keinginan ini tidak didukung. Para pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.
Claudius berfikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.
St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara dimana dia ditahan.
Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar alias benul eh betul.
Pada hari saat ia dipenggal alias dipancung kepalanya, yakni tanggal 14 Februari gak tahu tahun berapa, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentinemu.
Pesan itulah yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.
Kesimpulan
Kesimpulannya menurut versi saya ialah bahwa dari beragam versi sejarah dan cerita, perayaan ini tidak jelas asal – usulnya, serta maksud dan tujuannyapun juga masih simpang siur jadi apa anda tertarik merayakan kesimpang siuran ini :) ? .
BONUS :
Black Day atau Hari Hitam adalah hari yang diperingati tanggal 14 April di Korea Selatan oleh pria dan wanita yang tidak punya pacar dan tidak menerima hadiah di Hari Valentine maupun White Day.
Pria dan wanita yang tidak punya pacar merayakan Black Day dengan berpakaian serba hitam dan menghadiri acara kumpul-kumpul secara informal dengan rekan senasib. Acara diisi dengan makan mi bersaus kental berwarna hitam yang disebut Jajangmyeon dan minum kopi hitam
Perayaan Black Day merupakan serangkaian hari peringatan yang dibuat untuk mempromosikan barang dan dilangsungkan setiap bulan tanggal 14. Perayaan dimulai di awal tahun dengan Hari Buku Harian (14 Januari), Hari Valentine (14 Februari), White Day (14 Maret), Black Day, dan diteruskan dengan Hari Mawar (14 Mei), hingga Hari Uang (14 Desember)
White Day adalah hari memberi hadiah untuk wanita yang jatuh tanggal 14 Maret. Perayaan ini berasal dari Jepang dan bukan tradisi Eropa atau Amerika. Hadiah berupa marshmallow atau permen diberikan sebagai balasan atas hadiah cokelat yang diterima pria sebulan sebelumnya di Hari Valentine. Di zaman sekarang, hadiah yang diberikan untuk wanita yang disenangi dapat berupa bunga, saputangan, perhiasan, atau barang-barang lain yang disukai wanita.
Pertama kali dirayakan tahun 1980 di Jepang, perayaan ini sekarang juga dirayakan di negara Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Indonesia. Perayaan Hari Putih berawal dari strategi koperasi produsen permen Jepang yang ingin meningkatkan penjualan permen. Bahan baku permen adalah gula yang berwarna putih sehingga disebut Hari Putih. Ide perayaan diambil dari "Hari Marshmallow" yang merupakan acara promosi kue marshmallow Tsuru no ko yang diadakan toko kue di kota Fukuoka.