think of industrial engineering, it's all about industrial engineering

Engineering Tools

Pengukuran Waktu Kerja


Waktu merupakan elemen yang sangat menentukan da1am merancang atau memperbaiki suatu sistem kerja. Peningkatan efisiensi suatu sistem kerja mutlak 3 berhubungan dengan waktu kerja yang digunakan da1am berproduksi. Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkkan oleh seorang operator (yang sudah terlatih) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik, pada tingkat kecepatan kerja yang normal,serta dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Dengan demikian pengukuran waktu ini merupakan suatu proses kuatitatif, yang diarahkan untuk mendapatkan suatukriteria yang obyektif. Study mengenai pengukuran waktu kerja dilakukan untuk dapat melakukan perancangan atau perbaikan dari suatu sistem kerja. Untuk keperluan tersebut, dilakukan penentuan waktu baku, yaitu waktu yang diperlukan dalam bekerja dengan telah mempertimbangkan faktor-faktor diluar elemen pekerjaan yang dilakukan.
Secara umum, teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dikelompokkan atas dua kelompok besar :
a. Secara Langsung
Pengukuran waktu dengan jam henti (Stop Watch Jam )
Sampling pekerjaan ( Work Sampling )
b. Secara Tidak Langsung
• Data Waktu Baku
• Data Waktu Gerakan, terdiri dari :
- Work Faktor (WF) System
- Maynard Operation Sequece Time (MOST System )
- Motion Time Measurement ( MTM System )
Metode Pengukuran Dengan Jam henti
Karakteristik sistem kerja yang sesuai :
• Jenis aktivitas pekerjaan bersifat homogen
• Aktivitas dilakukan secara berulang - ulang dan sejenis
• Terdapat output yang riil, berupa produk yang dapat dinyatakan secara kuantitatif
Langkah - langkah pengukuran waktu kerja dengan jam henti :
Lakukan identifitas pekerjaan yang akan diamati dan diukur waktunya dan deskripsikan maksud dan tujuan kepada seluruh pendukung sistem kerja yang diamati. 4
• Kumpulkan semua informasi mengenai proses yang dilakukan pada obyek pengamatan seteliti mungkin
• Uraikan pekerjaan dalam elemen - elemen aktivitas kerja yang lebih kecil untuk memudahkan pengukuran.
• Tetapkan tating performansi operator setiap elemen pekerjaan yang dilakukan operator.
• Lakukan pengukuran waktu kerja setiap elemen pekerjaan yang dilakukan operator.
• Lakukan pengukuran sejumlah yang diperlukan (dengan menggunakan uji kecukupan data dan uji keseragaman data)
• Tetapkan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran
• Tetapkan waktu baku dan sistem kerja yang diamati Asumsi Dasar Dalam Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti :
• Operator yang diamati memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan pelaksanaan pekerjaan dengan baik (memiliki kemampuan dan ketrampilan standart )
• Teknik dan metode yang dilakukan dalam sistem pekerjaan yang diamati harus baku dan standart
• Kinerja sistem mampu dikendalikan untuk setiap periode kerja vang disediakan
• Lingkungan pendukung sistem kerja standart, tidak jauh berbeda dengan saat dilakukan pengukuran.
WAKTU BAKU
Penentuan waktu baku :
• Waktu siklus : waktu hasil pengamatan secara langsung yang tertera dalam stop watch.
• Waktu normal : waktu kerja telah mempertimbangkan factor penyesuaian
Waktu baku waktu kerja dengan mempertimbangkan factor penyesuaian dan faktor kelonggaran (allowance ).
Manfaat Waktu Baku :
Penjadwalan produksi (Production Schedulling )
Perencanaan kebutuhan tenaga kerja ( Man Power Planning )
• Perencanaan sistem kompensasi
• Menunjukkan kemampuan pekerja berproduksi
• Mengetahui besaran - besaran performansi sistem kerja berdasar data produksi aktual
Faktor Penyesuaian
Maksud dimasukkannya faktor penyesuaian adalah untuk menjaga kewajaran kerja, sehingga tidak akan terjadi kekurangan waktu karena terlalu idealnya kondisin kerja yang diamati. Faktor penyasuaian dalam pengukuran waktu kerja dibutuhkan untuk menentukan waktu normal dari operator yang berada dalam sistem kerja tertentu.Beberapa metode dalam menentukan besar faktor penyesuaian, antara lain :
• Metode shumard
• Metode Westinghouse
• Metode Obyektif
• Metode Bedaux atau sintesis
Faktor Kelonggaran (allowance)
Pemberian kelonggaran ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada operator untuk melakukan hal - hal yang harus dilakukannya, sehingga waktu baku yang diperol,eh dapat dikatakan data waktu kerja yang lengkap dan mewakili sistem kerja yang diamati. Kelonggaran yang diberikan antara lain :
• Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa 1elah ( fatique )
• Kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan
Pemberian faktor kelonggaran dan penyesuaian secara bersama - sama, selayaknya dapat dirasakan adil (fair), baik dari sisi operator maupun dari sisi manajemen.
KURVA BELAJAR
Kurva belajar menunjukkan tingkat penguasaan operator terhadap pekerjaan yang dilakukannya (kondisi dan metode kerja sudah distandarkan). Kurva belajar ini penting untuk diketahui dalam melakukan pengukuran waktu kerja. Pengukuran kerja dilakukan pada keadaan operator sudah terlatih dan menguasai dengan baik metode pekerjaan yang dilakukannya. Tingkat penguasaan ini dapat dilihat dari kurva belajar.
Perumusan matematis dari kurva belajar adalah sebagai berikut :
Y = KX -A
Di mana :
Y = Waktu siklus
X = Siklus ke n : n = 1, 2, 3,….
K = Konstanta
A = Konstanta
CARA WESTINGHOUSE
Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran dan ketidakwajaran dalam bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Setiap factor terbagi dalam kelas – kelas dengan nilai masing- masing.
Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi enam kelas dengan cirri-ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini :
SUPER SKILL :
  1. Secara bawahan cocok sekali dengan bawahannya.
  2. Bekerja dengan sempurna.
  3. Tampak seperti telah terlatih dengan baik.
  4. Gerakan-gerakannya sangat halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.
  5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.
  6. Perpidahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancar.
  7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).
  8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang baik.
EXXELENT SKILL :
  1. Percaya diri sendiri.
  2. Tampak cocok dengan pekerjaanya.
  3. Terlihat telah terlatih dengan baik.
  4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan.
  5. Gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dikerjakan tanpa kesalahan.
  6. Menggunakan peralatan dengan baik.
  7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.
  8. Bekerjanya cepat tetapi halus.
  9. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.
GOOD SKILL :
  1. Kwalitas hasil baik.
  2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan pada umumnya.
  3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerjaan lain yang keterampilannya lebih rendah.
  4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
  5. Tidak memerlukan banyak pengawasan.
  6. Tidak keragu-raguan.
  7. Bekerja stabil.
  8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik.
  9. Gerakan-gerkannya cepat.
AVERAGE SKILL :
  1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
  2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.
  3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan.
  4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
  5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu-raguan.
  6. Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik.
  7. Tampak cukup terlatih dank arena mengetahui seluk-beluk pekerjaannya.
  8. Bekerja cukup teliti.
  9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.
FAIR SKILL :
  1. Tampak terlatih tapi belum cukup baik.
  2. Mengenai peralatan dan lingkungan secukupnya.
  3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan.
  4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
  5. Tampak sepert tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu cukup lama.
  6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu yakin.
  7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.
  8. Jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah.
  9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.
POOR SKILL :
  1. Tidak bias mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
  2. Gerakan-gerakannya kaku.
  3. Kelihatan tidak yakin pada urutan-urutan gerakan.
  4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yng bersangkutan.
  5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaan.
  6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja.
  7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
  8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
  9. Tidak bias mengambil inisiatif sendiri.
Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas diatas bahwa yang membedakan kelas seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, bekas-bekas latihan dan hal-hal lain yang serupa.
Untuk usaha cara Westing house membagi juga atas kelas-kelas dengan cirri masing-masing. Yang dimaksudkan dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada 6 (enam ) kelas usaha dengan cirri-cirinya :
EXCESSIVE EEFORT :
  1. Kecepatan sangat berlebihan.
  2. Usaha sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.
  3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.
EXELENT EFFORT :
  1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.
  2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa.
  3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
  4. Banyak memberi saran-saran.
  5. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.
  6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
  7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
  8. Bangga atas kelebihannya.
  9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.
  10. Bekerjanya sistematis.
  11. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen keelemen lainnya tidak terlihat.
GOOD EFFORT :
  1. Bekerja berirama.
  2. Saat-saat menganggur sangat sedikit bahkan kadang-kadang tidak ada.
  3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
  4. Senang pada pekerjaannya.
  5. Kecepatan baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
  6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
  7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang hati.
  8. Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja.
  9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.
  10. Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik.
AVERAGE EFFORT :
  1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.
  2. Bekerja dengan stabil.
  3. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya.
  4. Set up dilaksanakan dengan baik.
  5. Melakuka kegiatan-kegiatan perencanaan.
FAIR EFFORT :
  1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.
  2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya.
  3. Kurang sungguh-sungguh.
  4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
  5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
  6. Alat-alat yang dipaki tidak selalu yang terbaik.
  7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.
  8. Terlampau hati-hati.
  9. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.
  10. Gerakan-gerakannya tidak terencana.
POOR EFFORT :
  1. Banyak membuang-buang waktu.
  2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.
  3. Tidak mau menerima saran-saran.
  4. Tampak malas dan lambat bekerja.
  5. Melakuka gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-bahan.
  6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
  7. Tidak peduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang dipakai.
  8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
  9. Set up kerjanya terlihat tidak baik.

Yang dimksud dengan kondisi kerja pada cara Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya Seperti keadaan pencahayaan, temperature, kebisingan ruangan. Kondisi kerja dibagi 6 (enam) kelas yaitu ideal, exellent, good, average, fair, dan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan karena berdasarkan karateristik masing-masig pekerja membutuhkan kondisi ideal sendiri-sendiri. Suatu kondisi yang dianggap good untuk satu pekerjaan dapat saja dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerjaan yang lain. Pada dasarnya komdisi ideal adalah kondisi yang cocok bagi pekerjaan yang bersangkutan, yaitu yang memungkinkan performance maksimal dari pekerja. Sebaiknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan sangat menghambat pencapaian performance yang baik.
Konsistensi perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus kesiklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Sebagaimana halnya dengan faktor-faktor lain, Konsisternsi juga dibagi 6 (enam) kelas yaitu : perfect, exellent, good, average, fair, dan poor.

sumber : Iftikar Z. Sutalaksana,  buku Teknik Perancangan Sistem Kerja
Semoga bermanfaat, budayakan silaturahmi dengan meninggalkan komentar anda

Analisa Pasar


Analisa Pasar

Tujuan dari dilakukannya analisa pasar adalah untuk mengetahui karakteristik pasar, konsumen, perusahaan pesaing, pangsa pasar dan pertumbuah pasar. Sehingga jika semua hal tersebut sudah diketahui nantinya perusahaan tidak akan salah dalam merancang strategi memasarkan produknya dan menentukan waktu yang tepat untuk memperbesar kapasitas produksinya.

Analisa Pasar menggunakan Analisa SWOT

Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi Strengths, Weaknesses,Opportunities, dan Threats dalam suatu proyek atau dalam bisnis usaha. Hal ini melibatkan penentuan tujuan usaha bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang baik dan menguntungkan untuk mencapai tujuan itu

Metoda analisa SWOT bisa dianggap sbg metoda analisa yg paling dasar, yg berguna utk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan/rekomendasi utk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yg ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Analisa SWOT merupakan gambaran keadaan yang sedang terjadi dan bukanlah keadaan yang seharusnya terjadi. Adapun komponen – komponen analisa SWOT adalah sebagai berikut :

  1. Peluang
    Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecendrungan – kecendrungan penting merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi perusahaan.

  2. Ancaman
    Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar – menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi, serta peraturan baru atau direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan.

  3. Kekuatan
    Kekuatan adalah sumber daya, ketrampilan, atau keunggulan – keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus (distinctive competence) yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli – pemasok, dan factor – factor lain.

  4. Kelemahan
    Kelemahan adalah keterbatasan atau kecendrungan dalam sumber daya, ketrampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, ketrampilan pemasaran, dan citra merek dapat merupakan sumber kelemahan.

Menentukan Harga Pokok Penjualan ( Cost of Good Sold )

Pada dasarnya Harga Pokok Penjualan adalah segala cost yang timbul dalam rangka membuat suatu produk menjadi siap untuk dijual atau dengan kalimat lain, Harga Pokok penjualan adalah cost yang terlibat dalam proses pembuatan barang atau yang bisa dihubungkan langsung dengan proses yang membawa barang dagangan siap untuk dijual. Harga Pokok Penjualan diperoleh melalui penjumlahan ( Persediaan Barang Jadi awal ) + ( Harga Pokok Produksi ) - ( Persediaan Barang jadi akhir ).

Harga Pokok Produksi
Biaya produksi atau Harga Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured) merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan mengolah bahan baku sampai menjadi barang jadi.

Biaya-biaya tersebut terdiri dari:

  1. Biaya Bahan Baku, adalah harga perolehan (harga pokok) seluruh substansi / materi pokok yang terdapat pada barang jadi.

  2. Biaya Tenaga Kerja Langsung, adalah tenaga kerja yang memiliki kinerja langsung terhadap proses pengolahan barang, baik menggunakan kemampuan fisiknya maupun dengan bantuan mesin.

  3. Biaya Overhead Pabrik, adalah biaya-biaya yang timbul dalam proses pengolahan, yang tidak dapat digolongkan dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.


Analisa Kelayakan Menggunakan Analisa BEP ( Break Event Point )

Analisis Break Even adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui break even ini diharapkan pada volume penjualan berapa perusahaan mencapai titik impasnya, yaitu tidak rugi ataupun tidak untung.

Analisis ini memerlukan estimasi mengenai biaya tetap, biaya variabel, dan penjualan. Contoh dari biaya tetap adalah biaya depresiasi, pajak bumi dan bangunan, bunga kredit, dan gaji pimpinan, sedangkan contoh dari biaya variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya material, biaya utiliti. Dan untuk pendapatan diasumsikan berbentuk linier dimana besarnya bertambah sesuai dengan pertambahan volume penjualan.

Rumus Break Event Point (BEP) untuk single product adalah:

BEP(unit/x) = FC / (S – VC)

atau

BEP(rupiah) = FC / (1 – (VC/S))

Dimana :
FC = fixed cost (biaya tetap), VC = variable cost (biaya variabel), S = sales (penjualan).

Rumus BEP untuk multiple product adalah:

BEP(rupiah) = FC / (1 – (TVC/TR))

Dimana :

TVC = total variable cost (total biaya variabel), TR = total revenue (total pendapatan).


C. Prosedur Praktikum

  1. Mengidentifikasi jenis dan kondisi pasar dengan cara menganalisa Segmentasi pasar, Target pasar, Diferensiasi, Positioning , Pesaing-pesaing, Market Share, yang terangkum kedalam Matriks SWOT.

  2. Menghitung Harga Pokok Penjualan & Harga Pokok Produksi

  • Tentukan harga bahan baku

  • Tentukan biaya tenaga kerja langsung

  • Tentukan Biaya Overhead Pabrik

  1. Lakukan analisis Break event Point

  • Identifikasi Variable Cost

  • Identifikasi Fix Cost

  1. Mempresentasikan hasil


Semoga bermanfaat, budayakan silaturahmi dengan meninggalkan komentar anda

Tips Menyusun Rencana Bisnis


Berikut ini adalah beberapa poin pertimbangan sebelum menyusun rencana bisnis yang baik:

  1. Persiapkan dan sediakan waktu (dalam hitungan minggu atau bulan) untuk menyelesaikan rencana bisnis. Karena kegiatan ini memerlukan kerja keras dan konsentrasi penuh.

  2. Walaupun akan sangat rumit diawalnya jangan patah semangat, caranya yaitu bagi proyek ini menjadi beberapa bagian yang dapat dengan mudah dikelola dan masing-masing bagian tetap berorientasi pada tujuan akhir.

  3. Sertakan semua hal penting atau isu pokok yang mendukung bisnis secara ringkas kedalam dokumen. Sebuah proposal rencana bisnis yang ideal cukup 10-15 halaman yang diketik dalam dua spasi.

  4. Investor atau kreditor hanya tertarik pada aspek yang dapat meyakinkan apakah anda mampu mencapai tujuan usaha. Oleh karena itu, tulis segala cara dan berbagai upaya yang mendasar untuk mencapai tujuan usaha serta fokus hanya pada apa yang diharapkan pembaca.

  5. Hindarkan terminologi yang sangat teknis dalam operasional usaha (proses produksi dan produk). Upayakan gunakan terminologi yang umum.

  6. Rencana bisnis adalah dokumen yang fleksibel, oleh karena itu menjadi subyek untuk senantiasa di perbaharui sejalan dengan perkembangan pengetahuan sehingga strategi yang dipilih akan semakin jelas.

  7. Rencana bisnis harus realistis dan berdasar pada hasil analisis data serta jujur dalam mengungkapkan temuan-temuan positif maupun negatif.

  8. Jelaskan resiko bisnis yang mungkin terjadi. Kredibilitas anda akan berkurang bila yang menemukan adanya risiko dan permasalahan usaha anda adalah calon kreditor atau investor.

  9. Jangan membuat pernyataan yang tidak jelas atau tidak berhubungan dengan substansi. Misalnya jangan hanya menyatakan bahwa penjualan akan berlipat ganda pada tahun mendatang atau jika kita dapat menambah unit produksi baru. Pernyataan tersebut harus didukung oleh data dan informasi pasar.

  10. Rencana bisnis internal dan eksternal dapat disusun secara terpisah agar lebih efektif. Rencana bisnis internal biasanya disusun lebih rinci agar dapat menjadi alat manajemen yang lebih efisien. (Depdiknas, 2006)


Semoga bermanfaat, budayakan silaturahmi dengan meninggalkan komentar anda

Merancang Pemasaran


Memahami kondisi pasar adalah kunci penting bagi keberhasilan bisnis. Produk yang baik belum cukup untuk menjamin keberhasilan pemasaran. Analisis aspek pasar dan pemasaran dalam studi kelayakan usaha menempati urutan yang pertama. Aspek ini sebagai titik tolak penilaian apakah suatu usaha akan dapat berkembang, tetap seperti saat didirikan atau bahkan cenderung akan mengalami penurunan. Pada tahap ini besarnya permintaan produk serta kecenderungan perkembangan permintaan yang akan datang selama usaha yang dijalankan perlu dianalisis dengan cermat. Tanpa perkiraan jumlah permintaan produk yang cermat dikemudian hari usaha dapat terancam yang disebabkan karena kekurangan atau kelebihan permintaan. Kelebihan maupun kekurangan permintaan akan menyebabkan usaha tidak dapat beroperasi secara efisien. Tidak sedikit suatu usaha yang berjalan tersendat-sendat hanya karena permintaan produknya jauh lebih kecil dari perkiraan, ataupun karena sebelum mengembangkan usaha tidak dilakukan analisis perkiraan permintaan. Kekurangan permintaan produk mengakibatkan mesin dan peralatan bekerja di bawah kapasitas, jumlah karyawan yang berlebihan, organisasi perusahaan tidak sepadan sehingga beban biaya menjadi berat. Oleh karena itu maka analisis aspek pasar dan pemasaran dalam studi kelayakan usaha menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Dalam analisis pasar dan pemasaran studi kelayakan usaha paling tidak harus dapat memberikan gambaran sebagai berikut :

  1. Informasi produk atau jasa yang akan dijadikan benchmark bagi rancangan produk/jasa yang akan dijual.

  2. Jenis pasar yang akan dipilih, baik dari sisi produsen maupun konsumen (pasar industri, pasar penjual kembali, pasar pemerintah), serta menentukan strategi dan kebijakan yang akan dijalankan.

  3. Informasi pergerakan permintaan konsumen akan produk yang dijual serta pergerakan kemampuan produsen dalam menawarkannya di pasar. Dalam menentukan pergerakan permintaan konsumen, perlu dianalisis mengenai Product Life Cycle (PLC) dari produk sejenis yang dibuat, sehingga dapat menentukan strategi yang paling tepat.

  4. Bagaimana proyeksi permintaan produk dimasa mendatang, dan seberapa besar bagian pasar yang dapat diraih.

  5. Informasi tentang pangsa pasar (market-share) produk-produk sejenis yang dianggap sebagai pesaing baik saat ini maupun perkiraan kedepan. (Dikutip dari : Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Usaha Dan Proposal Kredit. Bank Indonesia)


Semoga bermanfaat, budayakan silaturahmi dengan meninggalkan komentar anda

Bentuk - Bentuk Perusahaan


Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor–faktor produksi. Tujuan perusahaan adalah mencari laba dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pembagian jenis perusahaan dari segi bidang usaha adalah :

  1. Perusahaan jasa, suatu perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa berupa pelayanan keahlian, kemudahan, hiburan, dll. Contoh : Radio, stasiun TV, biro perjalanan, dsb.

  2. Perusahaan dagang, suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembelian barang untuk kemudian dijual dalam bentuknya yang semula tanpa diadakan perubahan atau pengolahan lebih lanjut. Kalaupun dilakukan perubahan, maka perubahan tersebut tidak cukup berarti/terbatas. Contoh : Toko, Supermarket, Grossir, dsb.

  3. Perusahaan produksi barang (pabrik), perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan, produksi, atau pembuatan barang dengan menggunakan bahan baku tertentu. Ditinjau dari proses pembuatan barang dalam perusahaan produksi barang, maka ada beberapa golongan jenis kegiatan produksi antara lain :

    • Pabrikasi (pengolahan dalam pabrik)

    • Pertambangan

    • Kerajinan (misal: sepatu, konveksi)

    • Preservasi (pengawetan makanan)

    • Perakitan (Assembling)


Dari status kepemilikan kalau ditinjau dari segi tanggungjawab pemilik terhadap perusahaan dalam hal perusahaan mengalami pembubaran akibat kerugian atau likuidasi. Dari segi akuntansi bentuk akan mempengaruhi cara penyajian data keuangan terutama dalam hal modalnya. Beberapa bentuk perusahaan yang umum dijumpai adalah :

1. Perusahaan Perseorangan atau Individu

Perusahaan perseorangan adalah badan usaha kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara tententu. Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk mendirikannya. Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja / buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi sederhana. Contoh perusahaan perseorangan seperti toko kelontong, tukang bakso keliling, pedagang asongan, dan lain sebagainya.


2. Perusahaan / Badan Usaha Persekutuan / Partnership

Perusahaan persekutuan adalah badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang secara bersama-sama bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis. Yang termasuk dalam badan usaha persekutuan adalah firma dan persekutuan komanditer alias CV. Untuk mendirikan badan usaha persekutuan membutuhkan izin khusus pada instansi pemerintah yang terkait.

a. Firma

Firma adalah suatu bentuk persekutuan bisnis yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan nama bersama yang tanggung jawabnya terbagi rata tidak terbatas pada setiap pemiliknya.

b. Persekutuan Komanditer / CV / Commanditaire Vennotschaap

CV adalah suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di antara anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha secara aktif yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan modal saja tanpa harus melibatkan harta pribadi ketika krisis finansial. Yang aktif mengurus perusahaan CV disebut sekutu aktif, dan yang hanya menyetor modal disebut sekutu pasif.

3. Perseroan Terbatas / PT / Korporasi / Korporat

Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT / persoroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan. (www.organisasi.org)


Semoga bermanfaat, budayakan silaturahmi dengan meninggalkan komentar anda