think of industrial engineering, it's all about industrial engineering

Engineering Tools

Salah Kaprah di Tribun Timur


SALAH KAPRAH DI TRIBUN TIMUR

menyoal proses pemilihan ketua senat FTI


Pagi itu den baguse berkesempatan menghadiri hajatan besar kaum intelektual muda, kaum terpelajar yang konon katanya memegang teguh idealisme itu, supaya gampang sebut saja kaum itu bernama mahasiswa. Kebagian undangan sebagai penonton rupanya kurang sreg dihati den baguse, sebab menjadi penonton disini artinya tidak diperkenankan berbicara tanpa ijin. Bah ... !!! itu sungguh bertolak belakang dengan sifat den baguse yang suka gumunan dan tukang protes, gumunan melihat kalau - kalau dihajatan itu nanti ada sesuatu yang aneh dalam sudut pandangnya. Untuk itu mulailah den baguse mengotak -atik undangan itu, sampailah ia pada sebuah predikat baru, yaitu DELEGASI angkatan 2007, nah dengan begini pikirnya dia lebih mudah berbicara tanpa harus meminta persetujuan yang empunya gawe.

Singkat kata hadirlah den baguse diacara itu, duduk bersama deratan delegasi lainnya di blok 2 dan di bangku urutan 3 dari depan sambil tenteng menenteng satu kardus kecil makanan ringan. Diruangan itu telah hadir beberapa mahasiswa lainnya,tidak banyak jumlahnya sebab nampak banyak sekali bangku kosong yang tersisa. Dibagian depan ruangan itu bertuliskan nama kampus tempat mereka belajar. Bagi den baguse tulisan didepan ruangan itu punya makna tersendiri dan sangat dalam, tulisan itu sedikit banyak memberi pengaruh dan semangat bagi den baguse yang baru kali itu ikut hajatan.

Hajatan apakah gerangan pagi itu, sebab tidak biasanya den baguse bisa berangkat pagi ke kampus dan semangat untuk hadir ?. Rupanya kaum intelektual sedang punya hajat memilih ketua dewan yang merupakan acara rutin SENAT MAHASISWA, sebuah lembaga legislatif dikalangan mereka. Maklum saja, mereka menganut sistem pemerintahan yang persis sama dengan negara berbendera merah putih itu. Apalagi kalau bukan DEMOKRASI, ya sebuah sistem yang populer dijabarkan sebagai pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, diartikan sebagai pemerintahan yang bebas dari sikap otoriter dan atau memungkinkan untuk bersikap seperti itu.

Dalam sistem Demokrasi, terdapat 3 kekuatan utama yang dalam teori politik dikenal dengan istilah trias politica, yaitu Legislatif, Yudikatif dan Eksekutif. Sudah dipastikan hajatan kali ini, den baguse berada pada beranda legislatif. Sebuah lembaga yang terdiri dari perwakilan mahasiswa setiap angkatan, lembaga yang tentu saja berperan besar dalam menetapkan aturan fundamental dalam penyelenggarakan kegiatan lembaga kemahasiswaan. Secara sederhana den baguse mencoba menganalisa dan mendiskripsikan problem situation dari hajatan itu dari waktu ke waktu hingga usai. Untuk memudahkan menceritakannya kembali, setidaknya den baguse telah membagi acara itu dalam 2 Babak.


Babak Pertama

Karena berada pada lembaga legislatif yang bertugas nggawe aturan, jadi den baguse pun ikut terlibat dalam proses itu. Adapaun aturan yang dibuat ialah menyangkut tatacara pemerintahan organisasi kaum intelektual di kampus itu, baik legislatif maupun eksekutif. Salah satu pointnya ialah meletakkan dasar pancasila dan UUD 45 sebagai landasan fundamental organisasi SENAT dan BEM serta Lembaga Semi Otonom lainnya.

Point lainnya ialah mengatur tentang syarat keanggotaan di parlemen mahasiswa ( SENAT ), pada point ini den baguse gumun untuk yang pertama kalinya, gumun sebab tidak semua orang punya hak yang sama dalam keanggotaan. Mahasiswa yang “ BUKAN ASLI ( bukan palsu juga ) “ sama sekali tak punya akses menjadi anggota parlemen, model mahasiswa bagaimana pula ini ?, yaitu mahasiswa luar yang melanjutkan pendidikannya di kampus tempat den baguse belajar, dalam kacamata den baguse, setiap mereka punya kewajiban membayar “pajak” penyelenggaraan kegiatan kemahasiswaan, jadi sudah selayaknya juga mereka mendapatkan haknya untuk ikut menyelenggarakan kegiatan kemahasiswaan yang salah satunya ialah berhak menjadi bagian dari legislatif atau minimal membawa kepentingan rekan – rekan senasib dengannya. Kali ini den baguse mulai nyerocos tanpa ragu memperjuangkan konstituen “ BUKAN ASLI “ itu. Goaaallll.....!!! satu aspirasi berhasil diperjuangkannya. Meskipun tak punya hak menjadi ketua Senat karena tak mengikuti Ospek, Mahasiswa transferan kini tetap punya hak berpartisipasi sebagai anggota di parlemen kampus,

Aturan lainnya yang disepakati oleh forum intelektual itu adalah syarat – syarat menjadi ketua legislatif atau SENAT, diantaranya ialah batas nilai IPK minimal yang harus dimiliki, tidak menjabat ketua pada lembaga kemahasiswaan lainnya, dan yang paling unik dalam pandangannya ialah bahwa untuk menjadi ketua senat, maka calon ketua harus menyatakan KESANGGUPANNYA untuk menjadi ketua dengan memaparkan visi dan misinya. Tentu saja semua aturan itu harus DIPENUHI agar bisa menjadi ketua Senat.


Babak Kedua

Dalam sudut pandang den baguse aturan yang telah dibuat haruslah dilaksanakan dengan sebaik – baiknya. Aturan dibuat bukan untuk dilanggar, sebab jika untuk dilanggar artinya sebenarnya mereka sedang melawak dengan lawakan tak lucu sama sekali pada hari itu.

Tiba – tiba kening den baguse berkerut, apa gerangan .. ? yup, den baguse gumun lagi untuk kedua kalinya. Menurut ilmu yang dipelajarinya di pelajaran PPKN, bahwa anggota legislatif haruslah dipilih secara langsung melalui mekanisme pemilihan umum sebagai representasi dari penyelenggaraan pemerintahan yang menganut azas demokrasi. Sejenak den baguse teringat bagaimana pada zaman ORDE BARU orang-orang hampir tak pernah mengenal siapa yang mewakilinya di parlemen karena semua sudah “ DIATUR “ oleh penguasa, hanya yang berkuasalah yang bisa menentukan siapa mewakili siapa pada waktu itu. Jelas hal ini bertentangan dengan nilai – nilai idealisme yang dibawa oleh MAHASISWA REFORMIS 98. Dengan pengorbanan darah dari kaum intelektual diseberang sana & rezim itupun tumbang.

Mahasiswa pada masa perjuangan Reformasi 1998( foto:internet)

Lantas apa masalahnya den bagus ?, menurut den baguse sistem pemilihan anggota dan ketua SENAT itu tak jauh bedanya dari rezim orde baru itu tadi. lha kok bisa den, bagaimana ceritanya ?, Sistem pemilihan anggota dan ketua Senat tidak dilaksanakan melalui mekanisme Pemilihan Umum, dimana mahasiswa memilih wakilnya secara langsung, namun anggota senat dipilih oleh ketua Senat yang telah terpilih lebih dahulu. jadi kita pilih dulu ketuanya, nanti biar ketua sendiri yang memilih anggota – anggotanya, setidaknya begitulah penjelasan yang empunya hajat didepan.

Tepat...!!! eh eh protes lagi den baguse, dia tak terima era reformasi ini ditumbangkan kembali oleh kaumnya sendiri, kaum yang telah susah payah memperjuangkan sistem di tanah air ini. “ bagaimana pula kita dulu berjuang menjatuhkan kediktatoran, lha kok sekarang malah mengusung kedikatatoran untuk berjaya kembali ? “. begitulah pikir hati den baguse. Memilih ketua senat lebih dahulu oleh segelintir orang yang justru tidak sadar akan urgensi kehadirannya di ruangan itu bukanlah cara yang dibenarkan, apalagi memberikan keleluasaan kepada ketua terpilih untuk memilih anggotanya sendiri meskipun ada aturan bahwa angggota tersebut berasal dari berbagai jurusan dan angkatan.

Kali ini tak seleluasa argumentasi yang pertama, sebab waktu menjadi pertimbangan baginya, apalagi bisik bisik dikiri kanan yang nampaknya sudah ingin meninggalakan hajatan yang cukup melelahkan otak itu. Cuma satu permintaan den baguse, yaitu kembalikan ke sistem yang ideal, pamali rasanya bagi dia mengajarkan dan mengingatkan teori demokrasi dalam PPKN kepada yang empunya hajat.

Akhirnya kali ini tak semulus yang pertama, tetap saja sistem tak banyak berubah. den baguse tak bisa berteriak goaaallll......!!!!, dia hanya tersenyum getir menyaksikan aturan main reformasi ala teknokrat kampus.

Sampailah semuanya pada akhir cerita, tatkala acara inti yaitu pemilihan ketua Senat oleh “ sisa undangan “ yang masih tetap setia duduk ditempat. Mulailah masing – masing lembaga diminta untuk mengusulkan salah satu anggotanya untuk menjadi calon ketua SENAT. Pentaspun dimulai oleh sang empunya hajat, satu persatu adegan diperagakan, terpingkal – pingkal den baguse dibuatnya, meskipun pingkalannya hanya didalam hati. Semua lembaga harus mendelegasikan perwakilannya. Kata “ harus “ ternyata mengabaikan segala persyaratan yang ada, mahasiswa belum semester 6 terpaksa maju sebagai calon, mahasiswa yang sedang menjabat ketua lembaga lainnya pun maju sebagai calon meskipun pada akhirnya dipersilahkan duduk kembali. “ apa maksud empunya gawe ini ?, buang – buang waktu dan energi saja nih “ pikir den baguse. Ya memang tak jelas maksud dan tujuannya memaksa seseorang maju ke depan sebagai calon padahal orang tersebut sudah jelas – jelas tidak memenuhi kriteria dan mempersilahkannya kembali diduduk didepan setelah memperkenalkan dirinya kepada hadirin yang hadir. “ ah mungkin ini bagian dari lelucon yang punya gawe didepan,lumayanlah buat merefresh pikiran “, pikir den baguse.

Singkat cerita, tersisalah beberapa mahasiswa yang nampaknya memenuhi syarat sebagai ketua SENAT. Riang gembira rasanya den baguse menyambut adegan ini, pikirnya semua akan berakhir dan segera pulang. Namun berkerut lagi keningnya, kali ini dengan kerutan yang cukup dalam dan tidak disertai dengan protes sebab percuma beretorika panjang lebar pada rel yang tidak tersambung.

Kali ini semua calon di uji kelayakannya melalui persyaratan terunik itu yaitu, calon ketua harus menyatakan KESANGGUPANNYA untuk menjadi ketua dengan memaparkan visi dan misinya. Mulailah empunya gawe bertanya “ APAKAH ANDA SANGGUP MENJADI KETUA SENAT ? “. dan semua calon memiliki jawaban yang sama yaitu, “ TIDAK/BELUM SANGGUP ...!!! “

Mendengar jawaban itu mulailah pikiran den baguse tersadar dan berkata dalam hati “ ADA YANG SALAH DISINI PERMISI IJIN PULANG.......... “

Keesokan harinya den baguse menerima kabar bahwa telah terpilih ketua Senat yang baru, pikirnya lagi, “ SEMOGA DIA YANG TERPILIH TELAH BENAR – BENAR SANGGUP SEKARANG “


saya dedikasikan tulisan ini untuk rekan – rekan mahasiswa yang masih punya hati dan nyali untuk berubah, kawan jangan pernah menyerah pada keadaan, lawanlah keadaan. Janganlah mensolusikan yang salah pada kondisi yang salah. Benar bahwa Apatisme akut telah menyerang banyak mahasiswa dikampus kita, jangan persoalkan apatisme mereka, persoalkanlah apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan mereka dari “ ketidak kritisan berfikir “.

( ade rafiansyah )


jika ada kalimat atau perkataan yang kurang berkenan dalam tulisan ini saya mohon maaf, semua hanya untuk menggambarkan bagaimana penulis menyambungkan pemahamannya dengan keadaan yang ada . Jika memang ada kesalahan, koreksilah dengan argumen yang tepat dan mengena.



( Diterbitkan pada www.aderafiansyah.co.cc )Semoga bermanfaat buat sobat semua dan semoga Allah swt juga meridhoi ilmu ini untuk kita amalkan bersama,amien...jazakillah khoiron katsir.

4 komentar:

  1. salam, apakah semua fakultas sistemnya seperti ini mas ? kok sistem kampusmu aneh yaw ? =D

    BalasHapus
  2. demokrasi???aturan kaum borjuis yang dimake up proletar. masi mau dipertahankan???
    hehehehehe....

    BalasHapus
  3. Bos minta ijin pinjem statementnya yang :

    saya dedikasikan tulisan ini untuk rekan – rekan mahasiswa yang masih punya hati dan nyali untuk berubah, kawan jangan pernah menyerah pada keadaan, lawanlah keadaan. Janganlah mensolusikan yang salah pada kondisi yang salah. Benar bahwa Apatisme akut telah menyerang banyak mahasiswa dikampus kita, jangan persoalkan apatisme mereka, persoalkanlah apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan mereka dari “ ketidak kritisan berfikir “.
    ( ade rafiansyah )

    untuk bahan video saya.. saya jg cantum bloqnya agan .. pls di comment ga .. oke pa ngga

    BalasHapus
  4. @atas ane:silahkan gan, terimakasih sudah mampir kemari yak :)

    maaf telat,minta doanya lagi mau babak akhir tugas akhir nih

    salam sukses !!

    BalasHapus

silahkan tinggalkan komentar anda pada artikel dan web ini,kami sangat menghargai jika anda menggunakan bahasa yang baik dan santun.....